Sabtu, 21 Desember 2013

pH Perairan



ARTIKEL
PENGELOLAAN KUALITAS AIR ( PFA 132)
PARAMETER KIMIA DALAM BUDIDAYA PERAIRAN

OLEH
RUDI DESWAN
12742032
BUDIDAYA PERIKANAN


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

pH (puissance d’Hydrogen)

Derajat keasaman (pH) dalam suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia yang penting dalam memantau kestabilan perairan. Perubahan nilai pH  suatu perairan terhadap organism akuaatik mempunyai batasan tertentu dengan nilai pH yang bervariasi. Beberapa perairan nilai pH berkisar antara 7,98 – 8,20 dengan rata-rata 8,09 (Simanjuntak,2009),nilai pH di pengaruhi oleh beberapa factor antara lain tempat, kedalaman. Nilai pHdalam suatu perairan merupakan suatu indikasi tergantungnya perairan tersebut. Berkurangnya nilai pH dalam perairan ditandai dengan semakin meningkat senyawa organik di perairan tertentu.
pH air murni memiliki nilai 7. Semakin tinggi konsentrasi ion H+, maka ion OH- akan semakin rendah, sehingga pH mencapai nilai < 7 (perairan asam). Sebaliknya, apabila konsentrasi ion OH- lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi ion H+, maka perairan tersebut sifatnya basa karena memiliki nilai pH > 7. Perairan memiliki klasifikasi pH seperti:
pH = 7                      : netral
7 > pH < 14               : alkalis (basa)
0 > pH < 7                 : asam
Secara alamiah, pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida (CO2) dan senyawa bersifat asam. Perairan umum dengan aktivitas fotosintesis dan respirasi organisme yang hidup didalamnya akan membentuk reaksi berantai karbonat – karbonat sebagai berikut:
CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3 → 2H+ + CO32-
Semakin banyak CO2 yang dihasilkan dari hasil respirasi, reaksi bergerak ke kanan dan secara bertahap melepaskan ion H+ yang menyebabkan pH air turun. Reaksi sebaliknya terjadi pada peristiwa fotosintesis yang membutuhkan banyak ion CO2, sehingga menyebabkan pH air naik. Pada peristiwa fotosintesis, fitoplankton dan tanaman air lainnya akan mengambil CO2 dari air selama proses fotosintesis sehingga mengakibatkan pH air meningkat pada siang hari dan menurun pada waktu malam hari.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5. Nilai pH akan mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Pengaruh nilai pH terhadap komunitas biologi perairan ditunjukkan dalam Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan
Nilai pH
Pengaruh Umum
6,0 – 6,5
  1. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun
  2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak mengalami perubahan
5,5 – 6,0
  1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin tampak
  2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih mengalami perubahan
  3. Alga hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral
5,0 – 5,5
  1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton, dan bentos semakin besar
  2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos
  3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
  4. Proses nitrifikasi terhambat
4,5 – 5,0
  1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton, dan bentos semakin besar
  2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos
  3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
  4. Proses nitrifikasi terhambat
Sumber: Baker et al., 1990 dalam Novotny dan Olem, 1994.
Tabel 3. Hubungan antara pH air dan kehidupan ikan budidaya
pH air
Pengaruh terhadap ikan budidaya
< 4,5
-   Tingkat keasaman yang mematikan-   Air bersifat racun bagi ikan-   Tidak ada reproduksi
5 – 6,5
-   Pertumbuhan ikan terhambat-   Ikan sangat sensitif terhadap serangan bakteri dan parasit
6,5 – 9,0
-   Kisaran kondisi yang baik untuk produksi-   Ikan mengalami pertumbuhan optimal
> 9,0
-   Tingkat alkalinitas mematikan-   Pertumbuhan ikan terhambat

pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan dengan nilai pH rendah. Amonium bersifat tidak toksik. Namun pada suasana alkalis (pH tinggi), lebih banyak ditemukan amonia yang tidak terionisasi (unionized) dan bersifat toksik, karena amonia yang tidak terionisasi ini akan lebih mudah terserap ke dalam tubuh organisme akuatik dibandingkan dengan amonium.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar