Selasa, 17 Desember 2013

Hama Dan Penyakit Ikan Infeksi dan Non-infeksi



MAKALAH
HAMA DAN PENYAKIT IKAN (PFA 133)
ABNORMALITAS IKAN AKIBAT PENYAKIT INFEKSI DAN NON-INFEKSI

Oleh :

Rudi Deswan
12742032

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN




JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  LATAR BELAKANG
Usaha budidaya perikanan dewasa ini telah berkembang dengan pesat. Perkembangan ini sesuai dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi di sektor perikanan. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi perikanan adalah dengan mengembangkan usaha budidaya perikanan baik tawar, payau maupun air laut dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Seiring dengan peningkatan peran sektor ini dalam pembangunan nasional, efek negatif yang ditimbulkannya terhadap lingkungan pun semakin meningkat akibat usaha intensifikasi tanpa mengindahkan daya dukung lingkungan dan rendahnya efektifitas upaya pencegahan dan pengendalian. Salah satunya berupa serangan hama dan penyakit ikan yang menjadi penyebab utama kegagalan dalam usaha budidaya.
Hama dan penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang harus dihadapi dalam budidaya ikan, dan akibat yang ditimbulkannya biasanya tidak sedikit. Oleh karena itu penyebaran penyakit ini harus dijaga supaya kerugian yang timbul bisa diturunkan. Tidak seperti usaha perkebunan atau peternakan dimana hewan atau tumbuhan lebih mudah dikontrol, hewan akuatik lebih membutuhkan perhatian khususnya dalam hal penyakit ikan. Jenis – jenis penyakit yang ditemukan dalam usaha akuakultur sangat beragam. Beberapa diantaranya sedikit atau tidak diketahui karakteristik inangnya dan banyak yang tidak menunjukkan gejala-gejala tertentu.
Penyakit ikan merupakan hambatan paling besar dalam usaha akuakultur. Kasus penyakit ikan tidak hanya disebabkan oleh satu penyebab saja, akan tetapi merupakan hasil akhir dari beragam sebab akibat interaksi antara inang, lingkungan perairan, dan patogen. Dibawah kondisi akuakultur, ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kerentanan inang terhadap penyakit. Faktor lingkungan perairan tidak hanya mencakup air dan komponen-komponennya akan tetapi juga mencakup manajemen akukultur yang lain (misalnya penanganan, perlakuan dengan obat-obatan, prosedur transportasi ikan, dll). Sedangkan faktor patogen mencakup virus, bakteri, parasit, dan jamur dimana timbulnya penyakit ikan disebabkan oleh spesies tunggal suatu patogen atau oleh saling interaksi antara pathogen yang berbeda. Penyakit ikan yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, dan jamur disebut penyakit infeksi. Sedangkan penyakit non infeksi disebabkan oleh lingkungan, nutrisi, dan genetika.

1.2.  TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui semua yang berkaitan dengan abnormalitas ikan akibat penyakit infeksi dan non-infeksi.






















BAB II
DASAR TEORI/LANDASAN TEORI

2.1 Abnormalitas Ikan Akibat Penyakit Infeksi dan Penyakit Non-Infeksi
Abnormalitas adalah keadaan dimana suatu individu mengalami ketidak normalan baik tubuh atau pun gen dan abnormalitas dapat terjadi akibat penyakit ataupun dari keturunan. Penyakit infeksi, yaitu penyakit yang disebabkan oleh jasad penyebab penyakit seperti parasit, bakteri, dan virus. Sementara itu , Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibat adanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit noninfeksi tidak menular. Penyakit non-infeksi yang banyak ditemukan adalah keracunan dan kekurangan gizi. Keracunan dapat disebabkan oleh pemberian pakan yang berjamur, berkuman dan pencemaran lingkungan perairan












BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi, yaitu penyakit yang disebabkan oleh jasad penyebab penyakit seperti parasit, bakteri, dan virus.
1. Penyakit yang disebabkan virus,antara lain adalah Infectious Pancreatic Necrosis (IPN), Viral Haemorrhagic Septicaemia (VHS), Channel Catfish Virus (CCV), Infectious Haemopotic Necrosis (IHN).
2. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri, antara lain adalah Flexibacter columnaris, Edwardsiella tarda, Edwardsiela ictalurus, Vibrio anguillarum, Aeromonas hydrophylla, Aeromonas salmonicida.
3. Penyakit yang disebabkan oleh jamur, antara lain adalah Ichthyoponus sp, Branchyomycetes sp, Saprolegnia sp dan Achlya sp.
4. Penyakit yang disebabkan oleh parasit. Jenis parasit ada beberapa macam yaitu endoparasit dan ektoparasit. Yang termasuk kedalam endoparasit antara lain adalah protozoa dan trematoda, sedangkan ectoparasit adalah crustacean. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa antara lain adalah Ichtyopthirius multifiliis, Myxobolus sp, Trichodina sp, Myxosoma sp, Henneguya sp dan Thelohanellus sp. Penyakit yang disebabkan oleh trematoda antara lain adalah Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp dan Clinostomum sp. Penyakit yang disebabkan oleh crustacean antara lain adalah Argulus sp, Lernea cyprinaceae.
Untuk memahami tentang berbagai jenis penyakit infeksi dan bagaimana para pembudidaya melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan pada ikan yang terserang penyakit, maka harus dipahami terlebih dahulu tentang morfologi dari macam-macam penyakit tersebut. Oleh karena itu dalam penjelasan berikut akan diuraikan tentang biologi dan morfologi dari berbagai jenis penyakit yang biasa menyerang ikan budidaya.  Pengobatan jamur, Ikan yang terserang penyakit ini tubuhnya ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas dan dapat menyerang telur sehingga menghambat pernafasan yang dapat mengakibatkan kematian. Penyakit ikan yang disebabkan oleh jamur dapat diobati dengan tiga cara, yaitu direndam larutan kalium permanganate, larutan garam dapur, dan larutan malachite green. Ikan direndam dalam larutan kalium permanganate 1 gram per 100 liter, selama 60 – 90 menit. Ikan direndam dalam larutan garam dapur (10 gram per liter) selama 1 menit. Sedangkan untuk mengobati penyakit ikan dengan malachite green, sebelumnya dibuat larutan baku (1 mg serbuk dilarutkan dalam 450 ml air). Untuk merendam ikan, 1–2 ml larutan baku itu dilarutkan (diencerkan) dalam 1 liter air, untuk dipakai merendam ikan selama 1 jam. Pengobatan diulang sampai tiga hari berturut-turut. Selain itu juga dapat dilakukan dengan perendaman selama 24 jam tetapi dosisnya dikurangi menjadi 0,15 – 0,70 ppm. Dapat juga menggunakan formalin 100 – 200 ppm selama 1 – 3 jam dan perendaman dengan larutan garam dapur (NaCl) 20 ppm selama 1 jam.
Pengobatan bakteri,Ikan yang terserang penyakit ini akan bergerak lambat, bernafas megap-megap di permukaan air, warna insang pucat dan warna tubuh berubah gelap. Juga terdapat bercak-bercak merah pada bagian luar tubuhnya dan kerusakan pada insang dan kulit.  Pengobatan Trematoda, Pada ikan budidaya salah satu jenis parasit dari kelompok Trematoda yaitu Dactylogyrus dan Gyrodactylus biasa menyerang ikan pada bagian insang dan kulit. Insang yang dirusaknya akan menjadi luka dan menimbulkan pendarahan yang akan mengakibatkan terganggunya pernafasan ikan. Pengobatan yang
dapat dilakukan dengan metode perendaman dalam larutan formalin teknis (formalin 40%) sebanyak 250 ml dalam 1 m3 selama 15 menit atau dengan larutan Methylene Blue 3 ppm selama 24 jam dan larutan Malachite Green 2 – 3 ppm selama 30 – 60 menit.
A.  Parasit
Merupakan organisme bersel satu (protozoa) seperti sporozoa, ciliata, flagellata, crustacea, dan helminth. 

B.  Jamur
Prinsipnya adalah ikan dapat terserang jamur bila ikan tersebut kurang mendapat penanganan yang kurang sempurna. Selain penanganan yang kurang sempurna tersebut dapat juga disebabkan karena air yang mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan terkikisnya lendir dan kulit ikan ( iritasi ) dan akhirnya menyebabkan luka. Bisa juga disebabkan karena perubahan suhu air atau sifat air yang mendadak. Biasanya ikan yang barudiangkut dari suatu tempat akan banyak terinfeksi penyakit ini. Ikan yang pada saat mendekati kematangan kelamin juga mudah terinfeksi oleh jamur. Hal ini kemungkinan besar karena pengaruh hormonal.
C.  Bakteri
Penyakit akibat infeksi telah banyak dilaporkan menginfeksi ikan terlebih-lebih apabila ikan tersebut dibudidayakan pada tempat yang menggunakan sumber air dari perairan yang kaya akan bahan organik. Karena sifat bakteri akan lebih subur pertumbuhannya pada tempat bahan organik tinggi.
Secara umum, gejala akibat infeksi bakteri pada ikan dapat dibedakan menjadi empat macam, yakni :
  1. Peracute, ikan menglamai kematian tanpa gejala yang jelas.
  2. Acute, ikan yang terinfeksi menunjukkan gejala klinis terutama pendarahan (haemorrhage) pada insang, anus, organ dalam, pangkal sirip,, gembung perut, dan lain-lain.
  3. Sub-acute, ikan yang terinfeksi mengalami gejala agak ringan seperti luka.
  4. Chronic, ikan yang terinfeksi mengalami gejala : pada bagian eksternal umunya dijumpai borok, sedangkan pada bagian internal seperti infeksi Mycobacterium dapat dijumpai bintil-bintil kecil berwarna putih yang sering disebut dengan tubercle/granuloma.


D.  Virus
Penyakit akibat infeksi virus telah banyak dilaporkan menginfeksi ikan terlebih-lebih apabila ikan tersebut dibudidayakan pada tempat yang menggunakan sumber air dari perairan yang kaya akan bahan organik. Biasanya insidensi penyakit virus berkaitan erat dengan perubahan suhu air.

3.2 Penyakit Non-Infeksi
Gejala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan. Biasanya ikan yang mengalami keracunan terlihat lemah dan berenang tidak normal dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik kemudian mati. Penyakit karena kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan ukuran tubuh. Ikan juga akan terlihat kurang lincah.
Untuk mencegah terjadinya keracunan, pakan harus diberikan secara selektif dan lingkungan dijaga agar tetap bersih. Bila tingkat keracunan tidak terlalu parah atau masih dalam taraf dini, ikan-ikan yang stress dan berenang tidak normal harus segera diangkat dan ditempatkan pada wadah yang berisi air bersih, segar dan dilengkapi dengan suplai oksigen. Untuk mencegah kekurangan gizi, pemberian pakan harus terjadwal dan jumlahnya cukup. Pakan yang diberikan harus dipastikan mengandung kadar protein tinggi yang dilengkapi lemak, vitamin A, mineral. Selain itu, kualitas air tetap dijaga agar selalu mengalir lancar dan parameter kimia maupun biologi mencukupi standar budidaya.
3.2.1  Akibat Lingkungan
Penyakit akibat lingkungan pada ikan masih sering terjadi. Penyakit ini berdasarkan pada penyebabnya dibedakan menjadi 2 golongan yaitu yang disebabkan oleh faktor abiotik dan biotik.


3.2.1.1 Faktor Abiotik
a. Suhu/temperatur
Selain suhu yang tinggi pada daerah tropis, masalah yang sering ditemukan adalah masalah perubahan suhu yang terlalu ekstrim akibat pengaruh musim, misalnya musim kemarau. Suhu rendah akan menyebabkan kecepatan metabolisme turun sehingga nafsu makan ikan jadi menurun.
Suhu dingin dibawah suhu optimum akan berpengaruh pada penekanan kekebalan pada ikan. Suhu optimum tersebut akan berbeda bagi masing-masing jenis ikan hias.
b. pH
pH air yang dibutuhkan oleh ikan akan bervariasi tergantung pada jenis ikan tersebut. Pada umunya ikan akan toleran terhadap range pH tertentu, misalnya untuk ikan hias jenis Koi dan koki range pH nya antara 6,2 sampai 9,2. pH air yang ekstrim dibawah atau diatas pH optimum akan mengakibatkan gangguan pada keshatan ikan. pH optimum akan bervariasi tergantung pada jenis ikan. Efek langsung dari pH rendah dan pH yang terlalu tinggi adalah berupa kerusakan sel epitel, baik kulit maupun insang, hal ini akan mengganggu pada proses penyerapan oksigen terutama bagi ikan yang bernafas dengan menggunakan insang.
c. Kesadahan
Kesadahan pada lingkungan pembudidaya ikan hias dikenal dengan istilah air lunak dan air keras. Nilai kesadahan air pada air biasanya ditentukan dengan kandungan kalsium karbonat atau magnesium. Tingkatan nilai kesadahan untuk air dapat dibedakan menjadi air yang lunak (kesadahan rendah), air yang sedang, dan air yang keras atau kesadahan tinggi dan sangta keras. Tiap jenis ikan terutama ikan hias memerlukan kesadahan air yang tidak sama. Ikan neon tetra misalnya memerlukan kesadahan air yang rendah apabila dibandingkan dengan ikan hias dari golongan siklid.
d. Bahan cemaran
Bahan cemaran biasanya berasal dari sumber air yang digunakan pada suatu usaha budidaya ikan terutama, yang menggunakan sumber air dari sungai atau perairan umum lainnya.
Cemaran bisa berasal dari   limbah domestik maupun limbah industri. Bahan cemaran dapat berupa bahan beracun dan logam berat. Bahan cemaran tersebut secara langsung dapat mematikan atau bisa juga melemahkan ikan. Pada cemaran konsentrasi rendah yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan efek yang tidak mematikan ikan tetapi mengganggu proses kehidupan ikan (sublethal) hal ini akan mengganggu kesehatan ikan. Pada kondisi demikian ikan akan mudah terinfeksi oleh segala macam penyakit-penyakit misalnya penyakit akibat infeksi jamur dan bakteri.

3.2.1.2  Faktor Abiotik
Algae yang menutupi permukaan air akan mengganggu proses pernafasan ikan. Sedangkan algae yang tumbuh dalam air akan berpengaruh pada pergerakan ikan. Ikan akan terperangkap pada algae tersebut. Selain itu algae sel tunggal yang berupa filament akan masuk kedalam lembar insang dan akan mengganggu pada proses pernafasan ikan, sehingga ikan lama kelamaan akan mengalami kekurangan oksigen.
Beberapa algae yang biasanya tumbuh berlebih (blooming) akan berpengaruh pada pengurangan kandungan oksigen dalam air baik dari aktivitas fotosintesa terutama pada waktu malam hari. Akibat dari aktivitas pembusukan algae akan menimbulkan bahan beracun seperti amoniak. Selain itu beberapa algae akan bersifat racun bagi ikan misalnya dari jenis Mycrocystis aeruginosa.


3.2.2 Penyakit Nutrisi
Pakan ikan harus mengandung cukup protein karena protein yang dibutuhkan oleh ikan relatif tinggi. Kekurangan protein akan menurunkan daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit. Selain itu pertumbuhan juga terganggu.  Kekurangan vitamin pada ikan juga mengakibatkan kelainan2 pada tubuh ikan, baik kelainan bentuk tubuh atau kelainan fungsi fisiologi.
KekuranganVit. A, akibatnya :
  • Pertumbuhan lambat;
  • Kornea mata jadi lunak, mata menonjol, kebutaan;
  • Pendarahan pada kulit dan ginjal.
 KekuranganVit. B1, akibatnya :
  • Ikan lemah, kekurangan nafsu makan;
  • Timbulnya pendarahan atau penyumbatan pembuluh darah;
  • Abnormalitas gerakan yaitu kehilangan keseimbangan;
  • Ikan warna pucat.
KekuranganVit. B2, akibatnya :
  • Mata ikan keruh, pendarahan pada mata, lama2 kebutaan;
  • Nafsu makan hilang;
  • Ikan warna gelap;
  • Pertumbuhan lamban;
  • Pendarahan timbul pada kulit dan sirip.
KekuranganVit. B6, akibatnya :
  • Frekwensi pernafasan meningkat;
  • Ikan kehilangan nafsu makan;
  • Ikan mengalami kekurangan darah.
Vitamin  C sangat berperan dalam pembentukan kekebalan tubuh oleh karena itu kekurangan vit C yang berlangsung lama akan mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh.   
KekuranganVit. C, akibatnya :
  • Ikan warna lebih gelap;
  • Pendarahan terjadi pada kulit, hati, ginjal;
  • Selain itu kekurangan vit C menyebabkan terjadi kelainan pada tulang belakang bengkok arah samping (scoliosis), bengkok arah atas dan bawah (lordosis). Untuk menanggulangi akibat kekurangan vit maka kita harus menambahkan beberapa vit pada pakan ikan.

3.2.3Genetik
Perkawinan kekerabatan pada ikan    dapat menimbulkan masalah pada penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi suatu penyakit. Hal ini disebabkan karena miskinnya variasi genetik dalam tubuh ikan itu sendiri. Kelainan lain yang ditimbulkan karena perkawinan kekerabatan yaitu tutup insang tidak bisa tertutup dengan sempurna, sehingga hal tersebut akan mengganggu proses pernafasan ikan, lama kelamaan ikan mengalami kekurangan darah akibat rusaknya sistem pembuat darah karena minimnya oksigen yang dipasok pada jaringan pembuat darah.






BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Abnormalitas adalah keadaan dimana suatu individu mengalami ketidak normalan baik tubuh atau pun gen dan abnormalitas dapat terjadi akibat penyakit ataupun dari keturunan. Penyakit infeksi, yaitu penyakit yang disebabkan oleh jasad penyebab penyakit seperti parasit, bakteri, dan virus. Sementara itu , Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibat adanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit noninfeksi tidak menular. Penyakit non-infeksi yang banyak ditemukan adalah keracunan dan kekurangan gizi. Keracunan dapat disebabkan oleh pemberian pakan yang berjamur, berkuman dan pencemaran lingkungan perairan.












DAFTAR PUSTAKA
http://sevillabettaowner.blogspot.com/2010/05/mengenali-penyakit-ikan-dan.html
http://agromaret.com/artikel/247/penyakit_pada_ikan_lele
http://wacanasainsperikanan.blogspot.com/2009/12/penyakit-infeksi-dan-non-infeksi-pada.html
http://wacanasainsperikanan.blogspot.com/2009/12/penyakit-infeksi-dan-non-infeksi-pada.html
http://diskanlut-jateng.go.id/index.php/read/news/detail/75                            
http://justanordinaryvet.blogspot.com/2013/06/penyakit-mikotik-penting-pada-ikan.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar