MAKALAH
HAMA
DAN PENYAKIT IKAN (PFA 133)
ABNORMALITAS
IKAN AKIBAT PENYAKIT INFEKSI DAN NON-INFEKSI
Oleh :
Rudi Deswan
|
12742032
|
PROGRAM
STUDI BUDIDAYA PERIKANAN

JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR
LAMPUNG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Usaha budidaya perikanan dewasa ini
telah berkembang dengan pesat. Perkembangan ini sesuai dengan upaya pemerintah
dalam meningkatkan produksi di sektor perikanan. Salah satu upaya pemerintah
dalam meningkatkan produksi perikanan adalah dengan mengembangkan usaha
budidaya perikanan baik tawar, payau maupun air laut dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan.
Seiring dengan peningkatan peran
sektor ini dalam pembangunan nasional, efek negatif yang ditimbulkannya
terhadap lingkungan pun semakin meningkat akibat usaha intensifikasi tanpa
mengindahkan daya dukung lingkungan dan rendahnya efektifitas upaya pencegahan
dan pengendalian. Salah satunya berupa serangan hama dan penyakit ikan yang
menjadi penyebab utama kegagalan dalam usaha budidaya.
Hama dan penyakit ikan merupakan
salah satu masalah serius yang harus dihadapi dalam budidaya ikan, dan akibat
yang ditimbulkannya biasanya tidak sedikit. Oleh karena itu penyebaran penyakit
ini harus dijaga supaya kerugian yang timbul bisa diturunkan. Tidak seperti
usaha perkebunan atau peternakan dimana hewan atau tumbuhan lebih mudah
dikontrol, hewan akuatik lebih membutuhkan perhatian khususnya dalam hal
penyakit ikan. Jenis – jenis penyakit yang ditemukan dalam usaha akuakultur
sangat beragam. Beberapa diantaranya sedikit atau tidak diketahui karakteristik
inangnya dan banyak yang tidak menunjukkan gejala-gejala tertentu.
Penyakit ikan merupakan hambatan
paling besar dalam usaha akuakultur. Kasus penyakit ikan tidak hanya disebabkan
oleh satu penyebab saja, akan tetapi merupakan hasil akhir dari beragam sebab
akibat interaksi antara inang, lingkungan perairan, dan patogen. Dibawah
kondisi akuakultur, ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap
kerentanan inang terhadap penyakit. Faktor lingkungan perairan tidak hanya
mencakup air dan komponen-komponennya akan tetapi juga mencakup manajemen
akukultur yang lain (misalnya penanganan, perlakuan dengan obat-obatan,
prosedur transportasi ikan, dll). Sedangkan faktor patogen mencakup virus,
bakteri, parasit, dan jamur dimana timbulnya penyakit ikan disebabkan oleh
spesies tunggal suatu patogen atau oleh saling interaksi antara pathogen yang
berbeda. Penyakit ikan yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, dan jamur
disebut penyakit infeksi. Sedangkan penyakit non infeksi disebabkan oleh
lingkungan, nutrisi, dan genetika.
1.2. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui semua yang
berkaitan dengan abnormalitas
ikan akibat penyakit infeksi dan non-infeksi.
BAB II
DASAR TEORI/LANDASAN TEORI
2.1 Abnormalitas Ikan Akibat
Penyakit Infeksi dan Penyakit Non-Infeksi
Abnormalitas
adalah keadaan dimana suatu individu mengalami ketidak normalan baik tubuh atau
pun gen dan abnormalitas dapat terjadi akibat penyakit ataupun dari keturunan.
Penyakit infeksi, yaitu penyakit yang disebabkan oleh jasad penyebab penyakit
seperti parasit, bakteri, dan virus. Sementara itu , Penyakit non-infeksi
adalah penyakit yang timbul akibat adanya gangguan faktor yang bukan patogen.
Penyakit noninfeksi tidak menular. Penyakit non-infeksi yang banyak ditemukan
adalah keracunan dan kekurangan gizi. Keracunan dapat disebabkan oleh pemberian
pakan yang berjamur, berkuman dan pencemaran lingkungan perairan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Penyakit Infeksi
Penyakit
infeksi, yaitu penyakit yang disebabkan oleh jasad penyebab penyakit seperti
parasit, bakteri, dan virus.
1.
Penyakit yang disebabkan virus,antara lain adalah Infectious Pancreatic
Necrosis (IPN), Viral Haemorrhagic Septicaemia (VHS), Channel Catfish Virus
(CCV), Infectious Haemopotic Necrosis (IHN).
2.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri, antara lain adalah Flexibacter
columnaris, Edwardsiella tarda, Edwardsiela ictalurus, Vibrio anguillarum,
Aeromonas hydrophylla, Aeromonas
salmonicida.
3.
Penyakit yang disebabkan oleh jamur, antara lain adalah Ichthyoponus sp,
Branchyomycetes sp, Saprolegnia sp dan Achlya sp.
4.
Penyakit yang disebabkan oleh parasit. Jenis parasit ada beberapa macam yaitu
endoparasit dan ektoparasit. Yang termasuk kedalam endoparasit antara lain
adalah protozoa dan trematoda,
sedangkan ectoparasit adalah crustacean. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa antara lain adalah Ichtyopthirius
multifiliis, Myxobolus sp, Trichodina sp, Myxosoma
sp, Henneguya sp dan Thelohanellus sp. Penyakit yang disebabkan oleh trematoda
antara lain adalah Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp dan Clinostomum sp. Penyakit yang disebabkan oleh crustacean
antara lain adalah Argulus sp, Lernea cyprinaceae.
Untuk memahami tentang berbagai jenis
penyakit infeksi dan bagaimana para pembudidaya melakukan tindakan pencegahan
dan pengobatan pada ikan yang terserang penyakit, maka harus dipahami terlebih
dahulu tentang morfologi dari macam-macam penyakit tersebut. Oleh karena itu dalam penjelasan berikut akan
diuraikan tentang biologi dan morfologi dari berbagai jenis penyakit yang biasa
menyerang ikan budidaya. Pengobatan jamur, Ikan yang terserang penyakit ini tubuhnya
ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas dan dapat menyerang telur
sehingga menghambat pernafasan yang dapat mengakibatkan kematian. Penyakit ikan
yang disebabkan oleh jamur dapat diobati dengan tiga cara, yaitu direndam
larutan kalium permanganate, larutan garam dapur, dan larutan malachite green.
Ikan direndam dalam larutan kalium permanganate 1 gram per 100 liter, selama 60
– 90 menit. Ikan direndam dalam larutan garam dapur (10 gram per liter) selama
1 menit. Sedangkan untuk mengobati penyakit ikan dengan malachite green,
sebelumnya dibuat larutan baku (1 mg serbuk dilarutkan dalam 450 ml air). Untuk
merendam ikan, 1–2 ml larutan baku itu dilarutkan (diencerkan) dalam 1 liter
air, untuk dipakai merendam ikan selama 1 jam. Pengobatan diulang sampai tiga
hari berturut-turut. Selain itu juga dapat dilakukan dengan perendaman selama
24 jam tetapi dosisnya dikurangi menjadi 0,15 – 0,70 ppm. Dapat juga
menggunakan formalin 100 – 200 ppm selama 1 – 3 jam dan perendaman dengan
larutan garam dapur (NaCl) 20 ppm selama 1 jam.
Pengobatan bakteri,Ikan yang terserang penyakit ini akan bergerak lambat, bernafas megap-megap di permukaan air, warna insang pucat dan warna tubuh berubah gelap. Juga terdapat bercak-bercak merah pada bagian luar tubuhnya dan kerusakan pada insang dan kulit. Pengobatan Trematoda, Pada ikan budidaya salah satu jenis parasit dari kelompok Trematoda yaitu Dactylogyrus dan Gyrodactylus biasa menyerang ikan pada bagian insang dan kulit. Insang yang dirusaknya akan menjadi luka dan menimbulkan pendarahan yang akan mengakibatkan terganggunya pernafasan ikan. Pengobatan yang
dapat dilakukan dengan metode perendaman dalam larutan formalin teknis (formalin 40%) sebanyak 250 ml dalam 1 m3 selama 15 menit atau dengan larutan Methylene Blue 3 ppm selama 24 jam dan larutan Malachite Green 2 – 3 ppm selama 30 – 60 menit.
Pengobatan bakteri,Ikan yang terserang penyakit ini akan bergerak lambat, bernafas megap-megap di permukaan air, warna insang pucat dan warna tubuh berubah gelap. Juga terdapat bercak-bercak merah pada bagian luar tubuhnya dan kerusakan pada insang dan kulit. Pengobatan Trematoda, Pada ikan budidaya salah satu jenis parasit dari kelompok Trematoda yaitu Dactylogyrus dan Gyrodactylus biasa menyerang ikan pada bagian insang dan kulit. Insang yang dirusaknya akan menjadi luka dan menimbulkan pendarahan yang akan mengakibatkan terganggunya pernafasan ikan. Pengobatan yang
dapat dilakukan dengan metode perendaman dalam larutan formalin teknis (formalin 40%) sebanyak 250 ml dalam 1 m3 selama 15 menit atau dengan larutan Methylene Blue 3 ppm selama 24 jam dan larutan Malachite Green 2 – 3 ppm selama 30 – 60 menit.
A. Parasit
Merupakan organisme bersel satu (protozoa) seperti sporozoa,
ciliata, flagellata, crustacea, dan helminth.
B. Jamur
Prinsipnya adalah ikan dapat terserang jamur bila ikan
tersebut kurang mendapat penanganan yang kurang sempurna. Selain penanganan
yang kurang sempurna tersebut dapat juga disebabkan karena air yang mengandung
bahan kimia yang dapat menyebabkan terkikisnya lendir dan kulit ikan ( iritasi
) dan akhirnya menyebabkan luka. Bisa juga disebabkan karena perubahan suhu air
atau sifat air yang mendadak. Biasanya ikan yang barudiangkut dari suatu tempat
akan banyak terinfeksi penyakit ini. Ikan yang pada saat mendekati kematangan
kelamin juga mudah terinfeksi oleh jamur. Hal ini kemungkinan besar karena
pengaruh hormonal.
C. Bakteri
Penyakit akibat infeksi telah banyak dilaporkan menginfeksi
ikan terlebih-lebih apabila ikan tersebut dibudidayakan pada tempat yang
menggunakan sumber air dari perairan yang kaya akan bahan organik. Karena sifat
bakteri akan lebih subur pertumbuhannya pada tempat bahan organik tinggi.
Secara umum, gejala akibat infeksi bakteri pada ikan dapat
dibedakan menjadi empat macam, yakni :
- Peracute, ikan menglamai kematian tanpa gejala yang jelas.
- Acute, ikan yang terinfeksi menunjukkan gejala klinis terutama pendarahan (haemorrhage) pada insang, anus, organ dalam, pangkal sirip,, gembung perut, dan lain-lain.
- Sub-acute, ikan yang terinfeksi mengalami gejala agak ringan seperti luka.
- Chronic, ikan yang terinfeksi mengalami gejala : pada bagian eksternal umunya dijumpai borok, sedangkan pada bagian internal seperti infeksi Mycobacterium dapat dijumpai bintil-bintil kecil berwarna putih yang sering disebut dengan tubercle/granuloma.
D. Virus
Penyakit
akibat infeksi virus telah banyak dilaporkan menginfeksi ikan terlebih-lebih
apabila ikan tersebut dibudidayakan pada tempat yang menggunakan sumber air
dari perairan yang kaya akan bahan organik. Biasanya insidensi penyakit virus
berkaitan erat dengan perubahan suhu air.
3.2 Penyakit
Non-Infeksi
Gejala
keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan. Biasanya ikan yang
mengalami keracunan terlihat lemah dan berenang tidak normal dipermukaan air.
Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik kemudian mati. Penyakit
karena kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak
seimbang dengan ukuran tubuh. Ikan juga akan terlihat kurang lincah.
Untuk mencegah terjadinya keracunan, pakan harus diberikan secara selektif dan lingkungan dijaga agar tetap bersih. Bila tingkat keracunan tidak terlalu parah atau masih dalam taraf dini, ikan-ikan yang stress dan berenang tidak normal harus segera diangkat dan ditempatkan pada wadah yang berisi air bersih, segar dan dilengkapi dengan suplai oksigen. Untuk mencegah kekurangan gizi, pemberian pakan harus terjadwal dan jumlahnya cukup. Pakan yang diberikan harus dipastikan mengandung kadar protein tinggi yang dilengkapi lemak, vitamin A, mineral. Selain itu, kualitas air tetap dijaga agar selalu mengalir lancar dan parameter kimia maupun biologi mencukupi standar budidaya.
Untuk mencegah terjadinya keracunan, pakan harus diberikan secara selektif dan lingkungan dijaga agar tetap bersih. Bila tingkat keracunan tidak terlalu parah atau masih dalam taraf dini, ikan-ikan yang stress dan berenang tidak normal harus segera diangkat dan ditempatkan pada wadah yang berisi air bersih, segar dan dilengkapi dengan suplai oksigen. Untuk mencegah kekurangan gizi, pemberian pakan harus terjadwal dan jumlahnya cukup. Pakan yang diberikan harus dipastikan mengandung kadar protein tinggi yang dilengkapi lemak, vitamin A, mineral. Selain itu, kualitas air tetap dijaga agar selalu mengalir lancar dan parameter kimia maupun biologi mencukupi standar budidaya.
3.2.1 Akibat Lingkungan
Penyakit
akibat lingkungan pada ikan masih sering terjadi. Penyakit ini berdasarkan pada
penyebabnya dibedakan menjadi 2 golongan yaitu yang disebabkan oleh faktor
abiotik dan biotik.
3.2.1.1 Faktor Abiotik
a. Suhu/temperatur
Selain
suhu yang tinggi pada daerah tropis, masalah yang sering ditemukan adalah
masalah perubahan suhu yang terlalu ekstrim akibat pengaruh musim, misalnya
musim kemarau. Suhu rendah akan menyebabkan kecepatan metabolisme turun
sehingga nafsu makan ikan jadi menurun.
Suhu
dingin dibawah suhu optimum akan berpengaruh pada penekanan kekebalan pada
ikan. Suhu optimum tersebut akan berbeda bagi masing-masing jenis ikan hias.
b. pH
pH
air yang dibutuhkan oleh ikan akan bervariasi tergantung pada jenis ikan
tersebut. Pada umunya ikan akan toleran terhadap range pH tertentu, misalnya
untuk ikan hias jenis Koi dan koki range pH nya antara 6,2 sampai 9,2. pH air
yang ekstrim dibawah atau diatas pH optimum akan mengakibatkan gangguan pada
keshatan ikan. pH optimum akan bervariasi tergantung pada jenis ikan. Efek
langsung dari pH rendah dan pH yang terlalu tinggi adalah berupa kerusakan sel
epitel, baik kulit maupun insang, hal ini akan mengganggu pada proses
penyerapan oksigen terutama bagi ikan yang bernafas dengan menggunakan insang.
c. Kesadahan
Kesadahan
pada lingkungan pembudidaya ikan hias dikenal dengan istilah air lunak dan air
keras. Nilai kesadahan air pada air biasanya ditentukan dengan kandungan
kalsium karbonat atau magnesium. Tingkatan nilai kesadahan untuk air dapat
dibedakan menjadi air yang lunak (kesadahan rendah), air yang sedang, dan air
yang keras atau kesadahan tinggi dan sangta keras. Tiap jenis ikan terutama
ikan hias memerlukan kesadahan air yang tidak sama. Ikan neon tetra misalnya
memerlukan kesadahan air yang rendah apabila dibandingkan dengan ikan hias dari
golongan siklid.
d. Bahan cemaran
Bahan
cemaran biasanya berasal dari sumber air yang digunakan pada suatu usaha
budidaya ikan terutama, yang menggunakan sumber air dari sungai atau perairan
umum lainnya.
Cemaran
bisa berasal dari limbah domestik maupun limbah industri. Bahan
cemaran dapat berupa bahan beracun dan logam berat. Bahan cemaran tersebut
secara langsung dapat mematikan atau bisa juga melemahkan ikan. Pada cemaran
konsentrasi rendah yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan
menimbulkan efek yang tidak mematikan ikan tetapi mengganggu proses kehidupan
ikan (sublethal) hal ini akan mengganggu kesehatan ikan. Pada kondisi demikian
ikan akan mudah terinfeksi oleh segala macam penyakit-penyakit misalnya
penyakit akibat infeksi jamur dan bakteri.
3.2.1.2 Faktor
Abiotik
Algae
yang menutupi permukaan air akan mengganggu proses pernafasan ikan. Sedangkan
algae yang tumbuh dalam air akan berpengaruh pada pergerakan ikan. Ikan akan
terperangkap pada algae tersebut. Selain itu algae sel tunggal yang berupa
filament akan masuk kedalam lembar insang dan akan mengganggu pada proses
pernafasan ikan, sehingga ikan lama kelamaan akan mengalami kekurangan oksigen.
Beberapa
algae yang biasanya tumbuh berlebih (blooming) akan berpengaruh pada
pengurangan kandungan oksigen dalam air baik dari aktivitas fotosintesa
terutama pada waktu malam hari. Akibat dari aktivitas pembusukan algae akan
menimbulkan bahan beracun seperti amoniak. Selain itu beberapa algae akan
bersifat racun bagi ikan misalnya dari jenis Mycrocystis aeruginosa.
3.2.2 Penyakit Nutrisi
Pakan
ikan harus mengandung cukup protein karena protein yang dibutuhkan oleh ikan
relatif tinggi. Kekurangan protein akan menurunkan daya tahan tubuh ikan
terhadap penyakit. Selain itu pertumbuhan juga terganggu. Kekurangan
vitamin pada ikan juga mengakibatkan kelainan2 pada tubuh ikan, baik kelainan
bentuk tubuh atau kelainan fungsi fisiologi.
KekuranganVit.
A, akibatnya :
- Pertumbuhan lambat;
- Kornea mata jadi lunak, mata menonjol, kebutaan;
- Pendarahan pada kulit dan ginjal.
KekuranganVit.
B1, akibatnya :
- Ikan lemah, kekurangan nafsu makan;
- Timbulnya pendarahan atau penyumbatan pembuluh darah;
- Abnormalitas gerakan yaitu kehilangan keseimbangan;
- Ikan warna pucat.
KekuranganVit.
B2, akibatnya :
- Mata ikan keruh, pendarahan pada mata, lama2 kebutaan;
- Nafsu makan hilang;
- Ikan warna gelap;
- Pertumbuhan lamban;
- Pendarahan timbul pada kulit dan sirip.
KekuranganVit.
B6, akibatnya :
- Frekwensi pernafasan meningkat;
- Ikan kehilangan nafsu makan;
- Ikan mengalami kekurangan darah.
Vitamin
C sangat berperan dalam pembentukan kekebalan tubuh oleh karena itu kekurangan
vit C yang berlangsung lama akan mengakibatkan menurunnya daya tahan
tubuh.
KekuranganVit.
C, akibatnya :
- Ikan warna lebih gelap;
- Pendarahan terjadi pada kulit, hati, ginjal;
- Selain itu kekurangan vit C menyebabkan terjadi kelainan pada tulang belakang bengkok arah samping (scoliosis), bengkok arah atas dan bawah (lordosis). Untuk menanggulangi akibat kekurangan vit maka kita harus menambahkan beberapa vit pada pakan ikan.
3.2.3Genetik
Perkawinan
kekerabatan pada ikan dapat menimbulkan masalah pada
penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi suatu penyakit. Hal ini disebabkan
karena miskinnya variasi genetik dalam tubuh ikan itu sendiri. Kelainan lain
yang ditimbulkan karena perkawinan kekerabatan yaitu tutup insang tidak bisa
tertutup dengan sempurna, sehingga hal tersebut akan mengganggu proses
pernafasan ikan, lama kelamaan ikan mengalami kekurangan darah akibat rusaknya
sistem pembuat darah karena minimnya oksigen yang dipasok pada jaringan pembuat
darah.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Abnormalitas
adalah keadaan dimana suatu individu mengalami ketidak normalan baik tubuh atau
pun gen dan abnormalitas dapat terjadi akibat penyakit ataupun dari keturunan.
Penyakit infeksi, yaitu penyakit yang disebabkan oleh jasad penyebab penyakit
seperti parasit, bakteri, dan virus. Sementara itu , Penyakit non-infeksi
adalah penyakit yang timbul akibat adanya gangguan faktor yang bukan patogen.
Penyakit noninfeksi tidak menular. Penyakit non-infeksi yang banyak ditemukan
adalah keracunan dan kekurangan gizi. Keracunan dapat disebabkan oleh pemberian
pakan yang berjamur, berkuman dan pencemaran lingkungan perairan.
DAFTAR PUSTAKA
http://sevillabettaowner.blogspot.com/2010/05/mengenali-penyakit-ikan-dan.html
http://agromaret.com/artikel/247/penyakit_pada_ikan_lele
http://wacanasainsperikanan.blogspot.com/2009/12/penyakit-infeksi-dan-non-infeksi-pada.html
http://wacanasainsperikanan.blogspot.com/2009/12/penyakit-infeksi-dan-non-infeksi-pada.html
http://diskanlut-jateng.go.id/index.php/read/news/detail/75
http://justanordinaryvet.blogspot.com/2013/06/penyakit-mikotik-penting-pada-ikan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar