Sabtu, 21 Desember 2013

pH Perairan



ARTIKEL
PENGELOLAAN KUALITAS AIR ( PFA 132)
PARAMETER KIMIA DALAM BUDIDAYA PERAIRAN

OLEH
RUDI DESWAN
12742032
BUDIDAYA PERIKANAN


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

pH (puissance d’Hydrogen)

Derajat keasaman (pH) dalam suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia yang penting dalam memantau kestabilan perairan. Perubahan nilai pH  suatu perairan terhadap organism akuaatik mempunyai batasan tertentu dengan nilai pH yang bervariasi. Beberapa perairan nilai pH berkisar antara 7,98 – 8,20 dengan rata-rata 8,09 (Simanjuntak,2009),nilai pH di pengaruhi oleh beberapa factor antara lain tempat, kedalaman. Nilai pHdalam suatu perairan merupakan suatu indikasi tergantungnya perairan tersebut. Berkurangnya nilai pH dalam perairan ditandai dengan semakin meningkat senyawa organik di perairan tertentu.
pH air murni memiliki nilai 7. Semakin tinggi konsentrasi ion H+, maka ion OH- akan semakin rendah, sehingga pH mencapai nilai < 7 (perairan asam). Sebaliknya, apabila konsentrasi ion OH- lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi ion H+, maka perairan tersebut sifatnya basa karena memiliki nilai pH > 7. Perairan memiliki klasifikasi pH seperti:
pH = 7                      : netral
7 > pH < 14               : alkalis (basa)
0 > pH < 7                 : asam
Secara alamiah, pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida (CO2) dan senyawa bersifat asam. Perairan umum dengan aktivitas fotosintesis dan respirasi organisme yang hidup didalamnya akan membentuk reaksi berantai karbonat – karbonat sebagai berikut:
CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3 → 2H+ + CO32-
Semakin banyak CO2 yang dihasilkan dari hasil respirasi, reaksi bergerak ke kanan dan secara bertahap melepaskan ion H+ yang menyebabkan pH air turun. Reaksi sebaliknya terjadi pada peristiwa fotosintesis yang membutuhkan banyak ion CO2, sehingga menyebabkan pH air naik. Pada peristiwa fotosintesis, fitoplankton dan tanaman air lainnya akan mengambil CO2 dari air selama proses fotosintesis sehingga mengakibatkan pH air meningkat pada siang hari dan menurun pada waktu malam hari.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5. Nilai pH akan mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Pengaruh nilai pH terhadap komunitas biologi perairan ditunjukkan dalam Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan
Nilai pH
Pengaruh Umum
6,0 – 6,5
  1. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun
  2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak mengalami perubahan
5,5 – 6,0
  1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin tampak
  2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih mengalami perubahan
  3. Alga hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral
5,0 – 5,5
  1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton, dan bentos semakin besar
  2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos
  3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
  4. Proses nitrifikasi terhambat
4,5 – 5,0
  1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton, dan bentos semakin besar
  2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos
  3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
  4. Proses nitrifikasi terhambat
Sumber: Baker et al., 1990 dalam Novotny dan Olem, 1994.
Tabel 3. Hubungan antara pH air dan kehidupan ikan budidaya
pH air
Pengaruh terhadap ikan budidaya
< 4,5
-   Tingkat keasaman yang mematikan-   Air bersifat racun bagi ikan-   Tidak ada reproduksi
5 – 6,5
-   Pertumbuhan ikan terhambat-   Ikan sangat sensitif terhadap serangan bakteri dan parasit
6,5 – 9,0
-   Kisaran kondisi yang baik untuk produksi-   Ikan mengalami pertumbuhan optimal
> 9,0
-   Tingkat alkalinitas mematikan-   Pertumbuhan ikan terhambat

pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan dengan nilai pH rendah. Amonium bersifat tidak toksik. Namun pada suasana alkalis (pH tinggi), lebih banyak ditemukan amonia yang tidak terionisasi (unionized) dan bersifat toksik, karena amonia yang tidak terionisasi ini akan lebih mudah terserap ke dalam tubuh organisme akuatik dibandingkan dengan amonium.


Hermaprodit



MAKALAH
DASAR DASAR PEMBENIHAN IKAN (PFA 134)
HERMAPRODIT

Oleh :

Rudi Deswan
12742032

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN




JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  LATAR BELAKANG
Reproduksi merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu organisme. Bayangkan apabila ada suatu organisme yang tidak melakukan reproduksi, tentu saja akan menganggu keseimbangan alam. Ingat rantai makanan? Bayangkanlah salah satu mata rantai tersebut hilang. Tentu akan tidak seimbang proses alam ini. Yang akan menghancurkan sebuah ekosistem,atau bahkan peradaban.
Ikan melakukan reproduksi secara eksternal. Dalam hal ini, ikan jantan dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan mengeluarkan telur. Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur ini bercampur di dalam air. cara reproduksi ini dikenal sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh ikan.
Pada prinsipnya, seksualitas hewan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Begitu pula seksualitas pada ikan, yang dikatakan ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu populasi terdiri dari ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut disebut populasi heteroseksual, bila populai tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka disebut monoseksual.
Berdasarkan tipe-tipe reproduksi dan seksualitas, ikan dapat di bedakan menjadi 3 tipe, yaitu : Biseksual, Uniseksual, dan Hermaprodit.
Ikan terkenal sebagai mahluk yang mempunyai potensi fekunditas yang tinggi dimana kebanyakan jenis ikan yang merupakan penghasil telur beribu-ribu bahkan berjuta-juta tiap tahun. Apabila alam tidak mengaturnya maka dunia akan sangat padat dengan ikan.

1.2.  TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui semua yang berkaitan dengan hermaprodit.
BAB II
DASAR TEORI/LANDASAN TEORI

2.1 HERMAPRODIT
Hermaprodit dapat diartikan sebagai sebuah organisme yang memiliki kelamin ganda. Hermaprodit dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu hermaprodit singkroni, hemaprodit protandi, dan hemaprodit protogini. Hermaprodit singkroni adalah golongan ikan yang gonadnya terdapat sel kelamin jantan dan betina yang dapat aktif secara bersamaan. Hemaprodit protandi adalah golongan ikan yang dalam hidupnya mengalami perubahan jenis kelamin dari jantan menjadi betina misalnya ikan black  porgy, ikan ini pada umur tiga tahun berubah dari kelamin jantan ke betina. Hermaprodit Protogini adalah golongan ikan yang dalam hidupnya mengalami perubahan dari jenis betina menjadi jantan misalnya Labroides dimidiatus.











BAB III
PEMBAHASAN

3.1 HERMAPRODIT
Satu individu ikan dikatakan hermaprodit apabila didalam tubuhnya terdapat jaringan ovarium (penentu individu betina) dan jaringan testes (penentu individu jantan). Kedua jaringan tersebut berada dalam satu organ dan letaknya seperti letak gonad yang terdapat pada individu normal. Ikan hermaprodit hanya satu sex saja yang berfungsi pada suatu saat, meskipun ada beberapa spesies yang bersifat hemaprodit sinkroni. Berdasarkan perkembangan ovarium dan atau testis yang terdapat dalam satu individu hermaprodit terbagi atas :
a.       Hermaprodit sinkron/simultaneous.
Dalam gonad individu terdapat sel kelamin betina dan sel kelamin jantan yang dapat masak bersama-sama dan siap untuk dikeluarkan. Ikan hermaprodit jenis ini ada yang dapat mengadakan pembuahan sendiri dengan mengeluarkan telur terlebih dahulu kemudian dibuahi oleh sperma dari individu yang sama, ada juga yang tidak dapat mengadakan pembuahan sendiri. Ikan ini dalam satu kali pemijahan dapat berlaku sebagai jantan dengan mengeluarkan sperma untuk membuahi telur dari ikan yang lain, dapat pula berlaku sebagai betina dengan mengeluarkan telur yang akan dibuahi sperma dari individu lain. Di alam atau akuarium yang berisi dua ekor atau lebih ikan ini, dapat menjadi pasangan untuk berpijah. Ikan yang berfase betina mempunyai tanda warna yang bergaris vertikal, sesudah berpijah hilang warnanya dan berubah menjadi ikan jantan. Contoh ikan hermaprodit sinkroni yaitu ikan-ikan dari Famili Serranidae. Ikan yang tidak mengadakan pembuahan sendiri, dalam satu kali pemijahan ia dapat berlaku sebagai ikan jantan dan dapat pula sebagai ikan betina. Contoh Serranus cabrilla dan Hepatus hepatus serta Serranus subligerius.

http://www.habitas.org.uk/marinelife/pisces/sercab.jpg  http://www.mer-littoral.org/34/photos-600x400/serranus-cabrilla-wd05-600x400.jpg
Gambar ikan Serranus cabrilla

b.      Hermaprodit protandri/protandrous
Ikan ini mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dari fase jantan ke fase betina. Ketika ikan masih muda gonadnya mempunyai daerah ovarium dan daerah testis, tetapi jaringan testis mengisi sebagian besar gonad pada bagian lateroventral. Setelah jaringan testisnya berfungsi dan dapat mengeluarkan sperma, terjadi masa transisi yaitu ovariumnya membesar dan testis mengkerut. Pada ikan yang sudah tua, testis sudah tereduksi sekali sehingga sebagian besar dari gonad diisi oleh jaringan ovarium yang berfungsi, sehingga ikan berubah menjadi fase betina. Contoh ikan yang termasuk H. Protandri : Lates carcariver, Sparus auratus, Sargus anularis, Pagellus centrodontus, dan Pagellus mormyrus.
http://www.saturatore.it/SitoPesci/free.imd.it/Colapesce/Pescitalia/Pesci/Perciformi/Sparidi/SparusAuratus.jpg
c.       Hermaprodit protagini/protoginynous.
Keadaan yang sebaliknya dengan hermaprodit protandri. Proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan. Pada beberapa ikan yang termasuk golongan ini sering terjadi sesudah satu kali pemijahan, jaringan ovariumnya mengkerut kemudian jaringan testisnya berkembang. Salah satu spesies ikan di Indonesia yang sudah dikenal termasuk ke dalam golongan hermaprodit protogini ialah ikan belut sawah (Monopterus albus) dan ikan kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina). Ikan ini memulai siklus reproduksinya sebagai ikan betina yang berfungsi, kemudian berubah menjadi ikan jantan yang berfungsi. Urutan daur hidupnya yaitu : masa juvenile yang hermaprodit, masa betina yang berfungsi, masa intersek dan masa terakhir masa jantan yang berfungsi. Pada ikan-ikan yang termasuk ke dalam Famili Labridae, misalnya Halichieres sp. terdapat dua macam jantan yang berbeda. Ikan jantan pertama terlihatnya seperti betina tetapi tetap jantan selama hidupnya, sedangkan jantan yang kedua ialah jantan yang berasal dari perubahan ikan betina. Pada ikan-ikan yang mempunyai dua fase dalam satu siklus hidupnya, pada tiap-tiap fasenya sering didapatkan ada perbedaan baik dalam morfologi maupun warnanya. Keadaan demikian menyebabkan terjadinya kesalahan dalam mendeterminasi ikan itu menjadi dua nama, yang sebenarnya spesies ikan itu sama. Misalnya pada ikan Larbus ossifagus ada dua individu yang berwarna merah dan ada yang berwarna biru. Ternyata ikan yang berwarna merah adalah ikan betina, sedangkan yang berwarna biru adalah ikan jantan.

http://i1083.photobucket.com/albums/j381/pobersonic/Picture%20blog/BelutsawahMonopterusalbus.jpg  http://www.enrekang.net/wp-content/uploads/2013/04/kerapu.jpg
Belut Sawah (Monopterus albus)                 Kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina)








BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Satu individu ikan dikatakan hermaprodit apabila didalam tubuhnya terdapat jaringan ovarium (penentu individu betina) dan jaringan testes (penentu individu jantan). Kedua jaringan tersebut berada dalam satu organ dan letaknya seperti letak gonad yang terdapat pada individu normal. Berdasarkan perkembangan ovarium dan atau testes, hermaprodit terbagi atas : hermaprodit singkroni, protandri, dan protagini.














DAFTAR PUSTAKA

Hermaprodit Pada Ikan, http://pettuah.blogspot.com/2011/08/hermaprodit-pada-ikan.html [22 Desember  2013, 13.13 wib]

SEKSUALITAS IKAN, http://sm4rtzyoulyz.blogspot.com/2009/05/seksualitas-ikan.html [22 Desember  2013, 13.13 wib]

Sifat Seksual Primer Dan Sekunder ,HERMAPRODIT pada Ikan, Poberson Naibaho, http://pobersonaibaho.wordpress.com/2011/03/25/sifat-seksual-primer-dan-sekunder-hermaprodit-pada-ikan/ [22 Desember 2013, 13.13 wib]



Hipofisa Ikan



LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PEMBENIHAN IKAN (PFA 134)
HIPOFISA IKAN

KELOMPOK 4
Dini Fitriani
Febriyana Chorsista Sutra
Jimmy Handoko
Kamaludin
Rudi Deswan
Sugesti Sihris Toni
Taufiq Aziz
12742013
12742017
12742020
12742021
12742032
12742033
12742034

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.        LATAR BELAKANG
Pembenihan adalah salah satu bentuk unit pengembangan budidaya ikan. Pembenihan ini merupakan salah satu titik awal untuk memulai budidaya. Ikan yang akan dibudidayakan harus dapat tumbuh dan berkembang biak agar kontinuitas produksi budidaya dapat berkelanjutan. Untuk dapat menghasilkan benih yang bermutu dalam jumlah yang memadai dan waktu yang tepat mesti diimbangi dengan pengoptimalan penanganan induk dan larva yang dihasilkan melalui pembenihan yang baik dan berkualitas.
Pembenihan dengan ikut campur tangan manusia atau fertilisasi buatan sudah dapat dilakukan pada berbagai jenis ikan, khususnya bagi ikan yang penjualannya tinggi di pasaran diantaranya komoditas ikan air tawar seperti lele, nila, gurami dan lain-lain. Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air.
Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan ( Suyanto, 1991). Sehingga pemijahan ikan ini terkendala akan musim, untuk itu pemenuhan akan bibit ikan lele yang bermutu dan sesuai dengan waktu akan sulit terpenuhi. Salah satu cara mengatasi masalah di atas dapat dengan pemijahan buatan pada ikan lele. Pemijahan buatan dapat dengan pemberian hormon.
Pemberian hormon ini akan membantu fertilisasi ikan tanpa perlu terkendala musim sehingga dapat dipijahkan kapanpun sesuai keinginan.
Hipofisa merupakan suatu kelenjar yang terletak didalam struktur bertulang (selatursika) di dasar otak. Sela tursika berfungsi sebagai pelindung hipofisa dan memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang. Proses hipofisasi dapat mempercepatkematangan gonad 10 – 12 jam sebelum memijah.
Kematangan gonad tergantung dariukuran dan bentuk Ikan. Kelenjar hipofisa menghasilkan berbagai hormon di antaranyaadalah GnRH, ACTH, TSH, FSH, LH, STH, MSH, Prolaktin, Vasopresin, dan Oksitosin(Afrianto,1998). Hormon – hormon tersebut dapat di donorkan dengan cara disuntikkanpada ikan lain sehingga dapat membantu proses pemijahan buatan. Pemijahan buatantersebut mampu merangsang ikan yang telah mendapat donor hipofisa untuk melakukan pemijahan lebih cepat.Praktikum ini dilakukan pengambilan kelenjar hipofisa pada ikan mas (Cyprinus carpio) diutamakan .
Untuk dapat mengambil kelenjarhipofisa ikan mas dapat dilakukan dengan pembedahan pada bagian kepala. Hal inidilakukan karena kelenjar hipofisa terletak dibawah organ otak ikan.

2.        TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum yang kami lakukan adalah sebagai berukut:
Ø  Mengetahui tentang hipofisa.
Ø  Mengetahui cara pengambilan kelanjar hipofisa.
Ø  Mengetahui cara pengawetan kelanjar hipofisa.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping (comprossed) dengan ukuran dan warna badan sangat beragam. Mulutnya terletak di bagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Dibagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang terbentuk atas tiga baris gigi geraham. Induk ikan mas bersifat non-guarders, tetapi pada beberapa spesies jantan biasa membangun sarangdan melindungi telur-telur. Ikan mas dapat ditemukan di lingkungan payau, dan air tawardan air tawar terutama Primer. Dapat hidup pada kisaran suhu 3-35 ° C, toleran terhadap berbagai kondisi, berkembang di sungai keruh besar.
Ikan mas termasuk omnivora, makan utama berupa serangga air, krustasea, annelida, moluska, tanaman air dan ganggang. Betina yang mencapai panjang 47 cm dapat memproduksi sekitar 300.000 telur (Prihatman, 2000).
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Classis             : Osteichthyes
Ordo                : Cypriniformes
Familia            : Cyprinidae
Genus              : Cyprinus
Spesies            : Cyprinus carpio

Menurut Prihatman (2000) ikan mas yang mencapai kematangan gonad ditandai dengan ciri-ciri pada betina berumur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2,00 kg/ekor; pada jantan umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 1,50 kg/ekor, bentuk tubuh secara keseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat,dan tutup insang normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih.
Ikan mas memiliki tipe sisik cykloid (lingkaran). Sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari keras dan di bagian akhir (sirip ketiga dan keempat) bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sisip perut (ventral). Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari kerasdan bagian akhirnya bergerigi. Garis rusuknya (linea lateralis atau gurat sisi) tergolonglengkap, berada di pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampaike ujung belakang pangkal ekor. Ikan mas (Cyprinus carpi) merupakan ikan pemakan segala (omnivora) yang antara lain memakan serangga kecil, siput, cacing, potongan ikan,dan lain-lain (Prihatman, 2000).




















BAB III
METODELOGI KERJA


3.1  Waktun pelaksanaan praktikum
Ø  Hari dan Tanggal praktikum  : Selasa, 24 september 2013.
Ø  Tempat                                   : LAB. A Perikanan
Ø  Waktu                                     : 13.30 WIB

3.2  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah:
Ø  Timbangan
Ø  Pisau
Ø  Telenan
Ø  Pinset
Ø  Tissue


Bahan yang digunakan dalam praktikum:
Ø  Ikan mas (Cyprinus carpio)
Ø  Larutan alkohol

3.3  Prosedur Kerja
Ø  Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
Ø  Ikan dipotong pada pertemuan antara kepala dan badan.
Ø  Kepala yang telah terpotong diletakkan dengan posisi mulut menghadap keatas.
Ø  Pemotongan berikutnya yaitu pada bagian di atas mata sedikit ke arah bagian belakang.
Ø  Setelah tulang tengkorak terbukamaka akan nampak otak sedangkan kelenjar hipofisa terdapat di bawah otak dan berwarnaputih berbentuk butiran kecil.
Ø  Otak diangkat, tempatnya dibersihkan dengan tissue agar bersih dari darah dan lemak.
Ø  Kemudian kelenjar hipofisa tersebut diambil secara hati hati dengan pinset.Kelenjar hipofisa jangan sampai pecah




























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hipofisa adalah suatu kelenjar endokrin yang terletak dalam sella tursika, yaitu lekukan dalam tulang stenoid. Menurut Hoar (1957), hipofisa terdiri dari dua kelenjar hipofisa yaitu neuron dan adenohypofisa yang merupakan bagian terbesar dari kelenjar dan memiliki tiga ruangan yaitu proximal pars distalis, rostal pars distalis, dan pars intermedia. Hipofisa terletak pada bagian bawah otak dan menghasilkan hormon GnRH, ACTH, TSH, FSH, LH, STH, MSH, Prolaktin, Vasopresin, dan Oksitosin. Secara umum, hormon tersebut berfungsi mengatur pertumbuhan, perkembangan, metabolisme, reproduksi, tingkah laku, dan homeostatis. Menurut Susanto, (2001) metode hipofisasi adalah usaha untuk memproduksi benih dengan menggunakan bantuan kelenjar hipofisa dari ikan donor yang menghasilkan hormon yang merangsang pemijahan seperti gonadotropin.
Praktikum ini diawali dengan cara menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Setelah itu disiapkan ikan donor. Ikan donor merupakan ikan yang nantinya diambil kelenjar hipofisanya dan didonorkan pada ikan resipien. Sedangkan ikan resipien merupakan ikan yang nantinya akan menerima suntikan hipofisa dari ikan donor.Pada praktikum ini menggunakan ikan mas (Cyprinus carpio) sebagai ikan donor. Ikan donor diambil ikan yang berjenis kelamin jantan dengan berat 0,5 kg.
Ikan mas merupakan ikan donor universal artinya dapat digunakan secara efektif pada berbagai jenis ikan baik dalam satu famili maupun tidak satu famili.Ikan donor adalah ikan yang sengaja dikorbankan sebagai sumber gonadotropin.Hormon tersebut dihasilkan dan sengaja disimpan di kelenjar hipofisa yang terletak ditengkorak kepala di bawah otak dan berwarna putih. Kelenjar hipofisa tumbuh seiring dengan perkembangan kedewasaan ikan. Semakin besar ukuran tubuh ikan dan semakindewasa ikan maka semakin besar dan berat pula hipofisa ikan tersebut. Kelenjar hipofisa tersebut tidak dapat diidentifikasi pada ikan muda. Kelenjar hipofisa tampak jelas setelah ikan memasuki perkembangan kedewasaan. Jumlah hormon gonadotropin yang dihasilkan berfluktusi sesuai dengan tingkat kematangan gonad dan periodisasi pemijahan. Kualitas hormon gonadotropin akan turun drastis pada induk ikan yang baru saja memijah dan meningkat drastis pada induk ikan yang siap berpijah (Sugiharto, 1986).Berdasarkan perkembangan kelenjar hipofisa dan fluktuasi hormon tersebut, makasyarat ikan donor yang dipersiapkan adalah ikan mas yang telah dewasa dan matang gonad diutamakan berjenis kelamin jantan karena lebih cepat dewasa dan periodisasi pemijahannya cukup pendek sehingga kualitas hormon cukup stabil setiap saat. Ikan donor sebaiknya sejenis dengan ikan resipien, sehingga dapat meminimalkan kemungkinan ketidak cocokan antara hormonnya. Ukuran ikan donor harus lebih besar dari pada ikan resipien dengan perbandingan berat 2:1 atau sama 1:1.
Ada dua metode yang biasa dilakukan dalam mengawetkan kelenjar hipofisa yaitu metode kering dan metode basah. Metode kering dilakukan dengan menggunakan larutan aseton. Kelenjar hipofisa direndam dalam larutan aseton selama 8-12 Jam, kemudian larutan aseton dibuang dan kelenjar hipofisa dikeringkan lalau disimpan. (Susanto, 2001)
Metode basah digunakan dengan larutan alkohol pekat. Kelenjar hipofisa dimasukan dalam larutan alkohol selama 24 jam. Dalam proses perendaman alkohol diganti selama 2-3 kali. Setelah 24 jam kelenjar hipofisa dibiarkan terendam larutan alkohol sampai akan digunakan. (susanto, 2001)

Gambar proses pengambilan hipofisa :

kelenjar-hipofisa.jpghipofisa.jpg

BAB V
KESIMPULAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
·         Dalam PengambIlan kelenjar Hipofisa harus dilakukan dengan hati-hati karena hipofisa sangat mudah pecah.
·         Kelenjar hipofisa menghasilkan hormone gonadotropin, ACTH, TSH, FSH, LH, STH, MSH, Prolaktin,Vasopresin, dan Oksitosin yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan,metabolisme, reproduksi.
·         Persyaratan bagi ikan donor yang digunakan harus dalm keadaan dewasa dan matang gonad, memiliki berat badan dua kali lipat dari ikan resipien,diutamakan berjenis kelamin jantan, dalam kondisi sehat dan tidak terkena infeksi, dan berasal dari species yang sejenis agar tidak terjadi penolakan dalam tubuh ikan resipien. Persyaratan bagi ikan recipient yaitu dewasa dan matang gonad, siap untuk dipijahkan, berat badan yang dimiliki harus setengahnya dari berat badan ikan donor, merupakan hasilikan budidaya dan domestikasi dan memiliki badan sehat dan tidak cacat. Keberhasilanovulasi tergantung dari keberhasilan proses pematangan akhir oosit.
5.2 Saran
·         Ikan donor harus berukuran relative besar untuk memudahkan dalam menemukan hipofisa karena ikan yang berukuran besarpun agak sulit mencari hipofisanya.
·         Untuk selanjutnya agar melakukan kegiatan dengan hati-hati teliti dan cermat.

DAFTAR PUSTAKA